Menjadi Alat dan Hamba Tanpa Keinginan?

Mana yang baik? Memiliki kehendak bebas dan menggunakan kebebasan kita untuk memilih atau menyerahkan kehendak bebas kita kepada Tuhan dan siap hanya menjadi alat? 


Ini adalah pertanyaan terakhir dari Yesus dan Freewill. Pertanyaan ini yang akan saya bahas nantinya dalam tulisan ini. Saya pun ingin membahas tentang menjadi hamba Tuhan atau alat Tuhan. Hamba Tuhan di sini bukan hanya mengarah kepada profesi pemuka agama, seperti pendeta, pastor, penginjil, penatua, dll, melainkan pernyataan yang sering muncul dalam khotbah bahwa umat percaya dibentuk menjadi hamba Tuhan. Sering kali kita mendengar mulai dari khotbah, maupun doa, bahwa kita harus menjadi alat Tuhan. 


Apa sih makna hamba dan alat? Hamba adalah posisi di mana seorang manusia meniadakan keinginan pribadinya demi kebahagiaan dan keinginan tuannya. Begitu juga dengan alat, benda mati yang dengan rela diperlakukan seperti apapun oleh pemiliknya. 


Saya pun sering mengibaratkan bahwa manusia adalah cangkul, lalaplap (penjepit dari bambu yang digunakan menangkap kepiting atau memasak), pisau, golok, kapak, kompor, dll. Dan kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah saat alat-alat tersebut rusak dan melukai pemilik. 


Banyak khotbah yang juga mirip dengan ini. Penggunaan kata hamba dan alat sebagai cara menyampaikan bahwa manusia harus mendahulukan keinginan Tuhan bahkan mematikan keinginan kita. Kita diminta untuk berserah, menyerahkan semua hal ke dalam tangan Tuhan, dan mencari tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan serta melakukannya. Lalu, untuk apa kita memiliki free will di saat kita harus berserah dan menyerahkan atau mungkin meniadakan keinginan kita sama seperti alat? 


Teladan umat Kristiani adalah Yesus Kristus. Yesus Kristus menyerahkan keinginan-Nya demi melaksanakan tugas pelayanan-Nya. Ia punya kekuatan besar untuk menolak tugas itu, tetapi tidak Ia lakukan demi kehendak Bapa terlaksana dan demi dunia. Dan banyak pengkhotbah mengatakan bahwa kita harus meneladani kepasrahan serta penyerahan diri yang dilakukan Yesus kepada Bapa. Lalu, untuk apa free will diciptakan? 


Apa sebenarnya penyebab manusia berdosa mulai dari Adam dan Hawa, bahkan sampai kepada kita sekarang? Karena manusia jatuh ke dalam pencobaan. Lalu, apa penyebab munculnya pencobaan? Ibliskah atau free will? Tidak akan ada kebakaran jika tidak ada api dan benda yang mudah terbakar. Godaan iblis adalah seperti api, sedangkan hati dan pikiran manusia seperti benda yang mudah terbakar. Api memang penyebab kebakaran, tetapi jika tidak ada benda yang mudah disulut, api pun akan mati begitu saja. Saya menyimpulkan bahwa memang salah satu penyebab dosa manusia adalah free will. 


Artinya, free will adalah sesuatu yang bisa jadi membuat kita jatuh ke dalam pencobaan dan akhirnya berdosa. Apakah free will ini bisa menjadi kedagingan yang harusnya dihindari? Kedagingan adalah 


Galatia 5:19-21 (TB)  

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 


Semua hal daging itu berpotensi untuk kita lakukan karena adanya keinginan manusia. Keinginan memunculkan tindakan. Jika kita bisa tafsirkan, Hawa pun sebelum digoda, buah itu sudah menarik hati. 


Kejadian 3: 6a (TB)  

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. 


Bagian 'sedap keliatannya' bisa ditafsir bahwa sebelum digoda iblis, buah itu memang terlihat menarik. Artinya, keinginan manusia ada sebagai bahan bakar yang disulut oleh godaan iblis, sehingga muncul tindakan melanggar perintah Tuhan. 


Jadi, apakah free will adalah sebuah kesalahan dari manusia? Apakah manusia lebih baik jika tidak ada free will di hatinya? Apakah manusia lebih baik menjadi seperti robot atau alat yang tidak memiliki keinginan? Atau mungkin apakah manusia lebih baik benar-benar menjadi hamba yang benar-benar melepaskan keinginan-Nya dan benar-benar melaksanakan perintah Tuannya? Lalu apa fungsi free will diciptakan?

~ Dark Angel ~

Komentar