Tafsir Iseng Yesaya 1: 16-20

Tafsir Iseng Yesaya 1: 16-20

Yesaya adalah nabi utusan Allah yang memberikan nubuat dimulai dari Yehuda dan Yerusalem, hukuman atas bangsa-bangsa di sekitar Yehuda atau yang bersinggungan dengan Yehuda, dan banyak nubuatan yang berhubungan dengan Yerusalem dari masa  kepemimpinan beberapa raja Yehuda (740-680 SM). Dalam penulisan Alkitab berbahasa Indonesia dari LAI, Kitab Yesaya dibagi dua, yaitu nubuat tentang Yehuda dan Yerusalem, serta hukuman, sedangkan bagian kedua tentang nubuat keselamatan bagi bangsa Yehuda dari pembuangan. Namun, ada pendapat yang juga cukup terkenal tentang pembagian kisah Yesaya, yaitu dibagi tiga. Proto-Yesaya (pasal 1-39) berisi tentang nubuat tentang Yehuda, Yerusalem, dan hukuman bagi bangsa lain. Deutero-Yesaya (pasal 40-55) berisi tentang nubuat pembebasan orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem. Dan, Trito-Yesaya (pasal 56-66) sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali ke Yerusalem.

Mari kita kembali fokus pada ayat yang ditargetkan untuk ditafsir. Hal paling umum yang kita pahami adalah Yesaya menyampaikan nubuat kehancuran bagi Yehuda dan Yerusalem karena apa yang dikatakan merupakan kekecewaan Allah terhadap bangsa yang mendua dari Allah. Namun, kesedihan Allah tidak membutakan-Nya untuk memberi hukuman secara brutal. Allah masih ingin menyesal merancangkan hukuman bagi bangsa-Nya yang Ia sayangi. Yesaya meminta bangsa yang dicintai Allah ini kembali kepada-Nya. Ayat 16-17 menjadi cara untuk bangsa tersebut bisa kembali ke dalam pelukan kasih Allah.

Jika kita membedah ayat 16-17 dengan logika terbalik, para pemimpin Yehuda selalu dilumuri perbuatan jahat di hadapan Allah, bertindak semena-mena dan tidak adil, menindas anak yatim, menelantarkan janda, bahkan mungkin mengendalikan rakyat dengan kekuasaan mereka. Namun, hal pasti yang kita ketahui adalah para raja yang dianggap jahat tersebut, banyak yang menduakan Allah dengan menyembah berhala. Hal yang unik adalah ayat 16-17 adalah bagian inti penjelasan dari ayat sebelumnya, yaitu ayat 11. Uniknya adalah saat saya membaca ayat ini, saya teringat Matius 7: 21 dan 1 Yohanes 4: 20. Mereka yang akan bersama dengan Allah dan menerima keselamatan-Nya bukanlah mereka yang hanya mengatakan cinta kepada Tuhan dan memanggil nama-Nya saja, melainkan mereka yang melakukan kehendak Allah dan mau mengasihi sesamanya. Bukan Lips Service melainkan Real Service atau Just Service.

Beberapa gereja besar menggunakan ayat 18 menjadi pegangan yang diyakini sebagai janji keselamatan dari Allah dan terkandung pada beberapa liturgi Ibadah Minggu. Bahkan ada satu lagu yang menggunakan ayat ini dengan judul Seputih Bulu Domba. Saya meyakini bahwa ayat ini ingin menunjukkan betapa Allah masih tetap mengasihi bangsa Yehuda yang sudah sangat rusak, begitu juga kita. Allah tetap menginginkan kita kembali dan memiliki kemampuan memulihkan semuanya. Namun, keputusannya ada pada kita. Kita diberi kebebasan untuk memilih, kembali pada Allah atau tenggelam dalam dosa dan berakhir pada maut yang kekal.

Kemudian, ayat 19-20 berisi tentang hubungan sebab akibat yang agak paradoks. Hubungan jika-maka pada kedua ayat ini menjadi cara mengajar yang identik dalam Perjanjian Lama. Ayat 19 adalah sisi positif berisi upah pengikut Allah, sedangkan ayat 20 adalah sisi negatif hukuman melawan Allah.

Dari sini kita dapat melihat bagaimana Allah yang adil adalah Allah yang juga penuh kasih. Ia mengadili mereka yang berdosa, tetapi tetap membuka kesempatan untuk mereka yang bertobat. Apakah mereka yang bertobat terbebas dari pembuangan ke Babel? Tidak juga. Berdasarkan sejarahnya, orang-orang Yehuda tetap dibuang ke Babel, dan mungkin di antara mereka ada orang yang sudah bertobat, kembali kepada Allah. Artinya, mereka yang bertobat adalah mereka yang tetap menerima hukuman, tetapi pada pasal-pasal selanjutnya Allah pun menjanjikan kebebasan bagi mereka.
Inilah cara yang paling masuk akal untuk menjelaskan bahwa Allah adalah adil dan penuh kasih.

Beberapa kali saya membaca beberapa ayat, ada pernyataan di mana Allah menyesal atau ingin menyesali malapetaka yang dirancangkan Allah karena pertobatan umat-Nya. Dan ajakan saya yang membuat beberapa orang memutar otak adalah
"Mari membuat Allah menyesal merancangkan malapetaka bagi kita melalui pertobatan kita."

~ D.A ~

Komentar